Isra Miraj merupakan peristiwa maha
dahsyat yang dialami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebelumnya, tak
ada satu pun manusia yang mengalaminya. Menempuh perjalanan superkilat lalu
naik ke langit hingga sidratul muntaha.
Banyak peristiwa yang
dialami Rasulullah sewaktu isra miraj sejak pemberangkatan hingga kembali. Apa
saja peristiwa itu, bagaimana kisahnya dan hikmah serta ibrah apa saja yang
bisa dipetik? Berikut ini pembahasan lengkapnya.
Syaikh Wahbah Az
Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, isra (اسرى) atau sara (سرى)
artinya adalah perjalanan di malam hari. Secara istilah, isra’ adalah
perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari
Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.
سُبْØَانَ
الَّØ°ِÙŠ Ø£َسْرَÙ‰ بِعَبْدِÙ‡ِ Ù„َÙŠْÙ„ًا Ù…ِÙ†َ الْÙ…َسْجِدِ الْØَرَامِ Ø¥ِÙ„َÙ‰ الْÙ…َسْجِدِ
الْØ£َÙ‚ْصَÙ‰ الَّØ°ِÙŠ بَارَÙƒْÙ†َا ØَÙˆْÙ„َÙ‡ُ Ù„ِÙ†ُرِÙŠَÙ‡ُ Ù…ِÙ†ْ Ø¢َÙŠَاتِÙ†َا Ø¥ِÙ†َّÙ‡ُ Ù‡ُÙˆَ
السَّÙ…ِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Isra‘: 1)
Mi’raj secara bahasa artinya adalah
naik. Secara istilah adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke
sidratul muntaha. Dalam Al Qur’an, mi’raj ini disinggung dalam surat An Najm
ÙˆَÙ„َÙ‚َدْ رَØ¢َÙ‡ُ Ù†َزْÙ„َØ©ً Ø£ُØ®ْرَÙ‰ عِÙ†ْدَ سِدْرَØ©ِ الْÙ…ُÙ†ْتَÙ‡َÙ‰ عِÙ†ْدَÙ‡َا
جَÙ†َّØ©ُ الْÙ…َØ£ْÙˆَÙ‰ Ø¥ِØ°ْ ÙŠَغْØ´َÙ‰ السِّدْرَØ©َ Ù…َا ÙŠَغْØ´َÙ‰ Ù…َا زَاغَ الْبَصَرُ
ÙˆَÙ…َا Ø·َغَÙ‰ Ù„َÙ‚َدْ رَØ£َÙ‰ Ù…ِÙ†ْ Ø¢َÙŠَاتِ رَبِّÙ‡ِ الْÙƒُبْرَÙ‰
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat
Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil
Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika
Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya
(muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan)
Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)
Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh
Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa sidratul muntaha adalah tempat tertinggi di
langit yang menjadi batas ujung pengetahuan dan amal aktifitas para makhluk.
Tidak seorang makhluk pun mengetahui apa yang ada di belakangnya.
“Tempat ini diserupakan dengan as sidrah
yang artinya pohon nabk karena mereka berkumpul di bawah teteduhannya. Di dekat
sidratul muntaha ada surga Al Ma’wa yakni tempat tinggal arwah orang-orang
mukmin yang bertaqwa,” terang Syaikh Wahbah Az Zuhaili.
Tanggal Terjadinya Isra Miraj
Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri
dalam Sirah Nabawiyah-nya, Ar Rahiqul Makhtum, menjelaskan enam pendapat kapan
terjadinya Isra miraj.
1. Peristiwa Isra’ terjadi pada tahun
ketika Rasulullah mendapatkan wahyu pertama. Ini merupakan pendapat Ath
Thabari.
2. Isra miraj terjadi lima tahun setelah
Rasulullah diutus menjadi Nabi. Pendapat ini dikuatkan oleh An Nawawi dan Al
Qurthubi.
3. Isra miraj terjadi pada malam 27
Rajab tahun 10 kenabian. Pendapat ini dipilih oleh Allamah Al Manshurfuri.
4. Peristiwa ini terjadi 16 bulan
sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 12 kenabian.
5. Peristiwa ini terjadi 1 tahun 2 bulan
sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun 13 kenabian.
6. Terjadi 1 tahun sebelum hijrah,
tepatnya pada bulan Rabiul Awal tahun 13 kenabian.
Prof. Dr. Muhammad Sameh Said dalam buku
Sirah Nabawiyah-nya, Muhammad Sang Yatim, menjelaskan bahwa peristiwa isra
miraj terjadi pada malam 27 Rajab, namun para ulama berbeda pendapat mengenai
tahunnya.
Sedangkan Prof. Dr. Muhammad Ali Ash
Shalabi dalam buku Sirah Nabawiyah-nya menegaskan bahwa isra miraj terjadi satu
tahun sebelum hijrah ke Madinah.
Isra Miraj sebagai Tasliyah
Isra miraj merupakan tasliyah (hiburan)
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
yang dilanda duka hingga menyebut amul huzn (tahun duka cita).
Mengapa beliau berduka? Ada beberapa
sebab. Pertama, istri beliau Khadijah radhiyallahu ‘anha wafat pada bulan
Ramadhan tahun 10 kenabian.
Khadijah adalah istri pertama Rasulullah
yang sangat beliau cintai. Sejak Rasulullah mendapat wahyu, Khadijah adalah
orang pertama yang mendukung beliau. Ketika kembali dari gua hira’ dalam
kondisi demam, Rasulullah minta kepada Khadijah “zammilunii.. zammilinuii..”
Selimuti aku… selimuti aku. Lalu Khadijah menyelimuti beliau, menenangkan
beliau, memotivasi dan membangkitkan optimisme bahwa yang datang kepada beliau
adalah kebaikan.
Khadijah merupakan orang yang pertama
beriman dan mendukung dakwah beliau. Saat Rasulullah membutuhkan dana untuk
dakwahnya entah memerdekakan budak, membantu fakir miskin atau keperluan
lainnya, Khadijah yang mensupport beliau dengan hartanya. Khadijah pula yang
memberi beliau keturunan termasuk Fatimah. Khadijah pula yang dengan kedudukan
mulianya melindungi Rasulullah.
Maka wafatnya Khadijah merupakan duka
tersendiri bagi Rasulullah. Bagaimana mungkin kehilangan pendamping hidup
sejati dan pendukung dakwah hakiki bukan sebuah duka?
Tak berselang lama setelah Khadijah
wafat, paman beliau Abu Thalib juga wafat. Meskipun tidak mau masuk Islam, Abu
Thalib adalah pembela sejati Rasulullah. Beliau yang senantiasa pasang badan
saat orang-orang kafir Quraisy menyakiti Rasulullah atau hendak
mencelakakannya.
Sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib,
posisi Rasulullah semakin terjepit. Intimidasi kafir Quraisy semakin
menjadi-jadi. Dakwah di Makkah serasa tidak lagi memiliki celah untuk bergerak.
Namun Rasulullah tak mau berdiam diri.
Dakwah di Makkah dibatasi, beliau pun berupaya dakwah ke luar Makkah. Beliau
pergi ke Thaif dengan harapan di sana dakwah diterima. Namun apa yang terjadi?
Penduduk Thaif justru mengusir Rasulullah dan melempari dengan batu hingga kaki
beliau berdarah.
Setelah mengalami amul huzn inilah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala meng-isra’-kan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Beliau diperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah mulai dari
perjalanan yang super kilat ke Baitul Maqdis, mengimami para Nabi di sana,
lantas naik ke sidratul muntaha, bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
mendapat perintah sholat lima waktu, juga diperlihatkan surga dan neraka. Semua
rangkaian peristiwa itu merupakan tasliyah bagi beliau.
Kisah Lengkap Isra Miraj
Usai shalat isya’ dan beristirahat
sejenak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu berbaring di
Masjidil Haram didatangi malaikat Jibril. Dada beliau dibelah.
“Lalu hatiku dikeluarkan dan dicuci
dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya dengan
iman dan hikmah,” sabda beliau dalam riwayat Imam Bukhari dari Malik bin
Sha’sha’ah.
Setelah itu didatangkanlah buraq yang
nantinya menjadi kendaraan beliau sewaktu isra. Buraq satu akar kata dengan
barq yang artinya kilat.
“Didatangkan kepadaku Buraq –yakni
seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih
pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya,” sabda
Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik.
Setiba di Masjidil Aqsa, beliau shalat
dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai shalat dan keluar dari Masjid Al
Aqsa, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan
satu lagi khamar. Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih
kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut.
Mi’raj pun dimulai. Rasulullah naik
buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Mari kita simak kisah
beliau dalam hadits yang panjang, lanjutan dari hadits Shahih Bukhari dari
Malik bin Sha’sha’ah di atas.
“Lalu aku dibawa di atas punggung Buraq
dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia
meminta dibukakan pintu langit.
Dia ditanya, “Siapakah ini?”
Ia menjawab, “Jibril.”
Jibril ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu?”
Jibril menjawab, “Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus?”
“Dia telah diutus.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Adam ‘alaihis salam. Ia
menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Buraq tersebut naik bersama
kami ke langit kedua. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan dua orang sepupuku yaitu Isa
bin Maryam dan Yahya bin Zakaria ‘alaihimussalam. Maka keduanya menyambutku dan
mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Buraq tersebut naik bersama
kami ke langit ketiga. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Yusuf yang telah dianugerahi
setengah dari ketampanan manusia sejagat. Maka Yusuf menyambutku dan mendoakan
kebaikan untukku.
Kemudian Buraq tersebut naik bersama
kami ke langit keempat. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Idris ‘alaihissalam. Ia
menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah telah berfirman untuknya,
“dan kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi.”
Kemudian Buraq tersebut naik bersama
kami ke langit kelima. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Harun. Dia menyambutku dan
mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Buraq tersebut naik bersama
kami ke langit keenam. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Musa lalu dia menyambutku dan
mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Buraq tersebut naik bersama
kami ke langit ketujuh. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul makmur. Di mana tempat itu
setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi
sesudahnya.
Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku
ke sidratul muntaha yang lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan besar
buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala perintah Allah memenuhi sidratul
muntaha, sidratul muntaha berubah dan tidak ada seorangpun dari makhluk Allah
yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. Maka
Allah memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku sholat 50 kali dalam sehari
semalam.
Kemudian aku turun dan bertemu Musa lalu
ia bertanya, “Apa yang diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?”
Aku menjawab, “Sholat 50 kali.”
Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan karena
sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah
menguji Bani Israel dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka.”
“Aku akan kembali kepada Rabbku.”
Lalu aku memohon, “Ya Rabb, berilah
keringanan kepada umatku.” Aku diberi keringanan lima sholat. Lalu aku kembali
kepada Musa ‘alaihis salam.
Aku berkata kepadanya, “Allah telah memberikan keringanan lima kali.”
Musa mengatakan, “Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka
kembalilah kepada Rabbmu dan minta keringanan.”
Aku terus bolak-balik antara Rabbku
dengan Musa hingga Rabbku berfirman, “Wahai Muhammad sesungguhnya kewajiban
sholat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap sholat mendapat pahala 10
kali lipat, maka 5 kali sholat sama dengan 50 kali sholat. Barangsiapa berniat
melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat untuknya
satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat untuknya sepuluh
kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak
melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan jika ia
melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan.”
Kemudian aku turun hingga bertemu Musa
lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan, “Kembalilah kepada Rabbmu
dan mintalah keringanan lagi.”
Aku menjawab, “Aku telah berulang kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa
malu kepadaNya.”
Ibrah dan Hikmah Isra’ Mi’raj
1. Setelah cobaan datang silih berganti,
bahkan Rasulullah mengalami tahun duka cita, Allah memberinya tasliyah
(hiburan) dengan isra miraj ini.
2. Rasulullah memilih susu untuk beliau
minum sebelum mi’raj lalu Jibril memujinya. Ini menguatkan bahwa Islam adalah
agama fitrah dan kesucian.
3. Shalat Rasulullah bersama para Nabi
di Baitul Maqdis menunjukkan kedudukan beliau sebagai pemimpin para Nabi.
4. Sesungguhnya Masjid Al Aqsha memiliki
kaitan erat dengan Masjidil Haram. Masjid Al Aqsha merupakan tempat isra’
Rasulullah dan kiblat pertama umat Islam. Karenanya umat Islam harus mencintai
Masjid Al Aqsha dan mempertahankannya dari segala upaya penjajah Yahudi yang
hendak mencaplok dan merobohkannya.
5. Urgensi shalat dan kedudukannya yang
agung. Jika perintah lain cukup dengan wahyu melalui Malaikat Jibril, perintah
shalat langsung diturunkan Allah kepada Rasulullah tanpa perantara Jibril.
Shalat ini pula yang menjadi inti tasliyah (hiburan) bagi hambaNya.
6. Rasulullah hendak mencapai fase baru
yakni hijrah dan mendirikan negara Islam di Madinah. Maka Allah memurnikan
barisan dakwah dengan isra miraj. Orang-orang yang tidak kuat aqidahnya dan
mudah goyang keyakinannya, mereka murtad setelah diberitahu tentang isra miraj.
Adapun yang imannya kuat, mereka justru semakin kuat imannya.
7. Keberanian Rasulullah sangat tinggi
dalam berdakwah dengan menyampaikan isra miraj kepada mereka. Meskipun mereka
tidak akan percaya bahkan mencemooh dan mengolok-olok, Rasulullah tetap
menyampaikan. Beliau bahkan memberikan bukti-bukti empiris kepada kafir Quraisy
meskipun mereka justru menuduh beliau sebagai tukang sihir.
8. Keimanan umat yang paling sempurna adalah
imannya Abu Bakar. Ketika orang-orang kafir Quraisy mengabarkan bahwa Muhammad
mengatakan telah isra miraj, beliau langsung mempercayainya. “Jika yang
mengatakan Rasulullah, aku percaya,” demikian logika keimanan Abu Bakar
sehingga beliau mendapat gelar Ash Shiddiq.
9. Rasulullah menyampaikan bahaya
penyakit masyarakat yang dilihatnya. Beliau diperlihatkan bagaimana siksa untuk
orang yang suka ghibah, orang yang berzina, orang yang makan harta anak yatim,
dan lain-lain.
10. Para sahabat menjadi perhatian
terhadap Masjid Al Aqsha yang saat itu berada dalam kekuasaan Romawi. Kelak di
masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Masjid Al Aqsha bisa dibebaskan.
Itulah pembahasan Peristiwa Isra Mi'raj,
kisan dan Hikmah semoga bermanfaat dan kita petik hikmah yang terkandung
Amiiin Ya Allah
Wallahu a’lam bish shawab