Jumat, 10 Agustus 2018

Shalat Istikharah


Shalat Istikharah 

Shalat istikharah adalah salah satu sholat sunnah yang harus kita ketahui. Dimana sholat ini dilaksanakan jika kita tengah menghadapi suatu pilihan. shalat istikharah adalah salah satu upaya agar kita mampu memilih suatu pilihan dengan benar dan sesuatu yang terbaik di sisi Allah SWT.
Daftar Isi
·         Ketika Harus Memilih
·         Mengundi atau Menentukan Pilihan Secara Syar’i
·         Shalat Istikharah
·         Tata Cara Shalat Istikharah
o    Waktu Pelaksanaan
o    Niat
o    Jumlah Rakaat
o    Do’a
§  Do’a Istikharah 1
§  Do’a Istikharah 2
·         Hikmah Dibalik Salat Istikharah
o    1. Bukti Tawakal Kepada Allah
o    2. Syiar Menghilangkan Kebathilan
o    3. Mengikuti Tuntunan Syar’i
o    4. Melatih Diri untuk Senantiasa Mampu Membaca Tanda-tanda Keridhoan Allah Atas Berbagai Keputusan yang Kita Ambil.
·         Cara Mengetahui Jawaban dari Sholat Istikhoroh

Ketika Harus Memilih

Secara manusiawi kita senantiasa dihadapkan pada berbagai pilihan. Adakalanya ketika kita harus memilih pilihan-pilihan yang sifatnya mendesak dan penting atau pilihan-pilihan yang sifatnya sederhana, yang pasti berbagai pilihan itu senantiasa ada dan mengiringi perjalanan hidup kita.
Maka ada sebuah tuntunan dan tuntutan mana kala kita dihadapkan pada proses pemilihan tersebut. Allah telah menggambarkan sebuah pilihan umum didalam hidup manusia dengan penggambaran antara yang haq (kebenaran) dan bathil (kejahatan).
Pemilihan antara haq dan bathil ini adalah sebuah mekanisme abadi yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup manusia. Tidak terkecuali disemua hal, bahkan hingga hal-hal yang seringkali kita anggap remeh.
Karenanya Allah dan Rasul-Nya telah mensyariatkan sebuah tuntunan agar kita tidak salah dan keliru dalam mengambil keputusan. Terutama ketika kita menghadapi berbagai permasalahan yang penting dan mendesak.
Tuntunan cara memilih berdasarkan syar’i ini adalah sebagai wujud kasih sayang Allah atas sifat dasar manusia yang memiliki kelemahan. Dimana kelemahan tersebut adalah kecenderungan manusia untuk ragu dan tidak yakin atas pilihan yang telah ia putuskan.
Allah SWT berfirman,
 ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ‌ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. Al Baqoroh : 147)
Maka tuntunan ini memang sejatinya dibutuhkan oleh manusia sepanjang hidupnya, agar setiap keputusan yang ia ambil senantiasa istiqomah dalam kebenaran. Tuntunan tersebut adalah shalat istikharah sebagaimana yang telah di contohkan dalam sunnah Rasulullah SAW.
Banyak hal yang sering kali menjadi latar belakang dilaksanakannya shalat istikharah diantaranya seperti, memilih pekerjaan, memilih jenjang pendidikan, memutuskan suatu hal untuk kepentingan umat dan lain sebagainya. Salah satu yang paling lazim di gunakan sebagai motivasi mengamalkan sholat ini adalah ketika memilih jodoh.
Memilih jodoh adalah salah satu mekanisme kehidupan yang bersifat sangat krusial. Dimana jodoh bisa mengantarkan kita ke syurga atau bahkan menjerumuskan ke neraka, baik itu di dunia atau pun di akhirat. Karena begitu penting dan agungnya prosesi memilih jodoh ini, maka disyariatkanlah untuk melaksanakan shalat istikharah.

Mengundi atau Menentukan Pilihan Secara Syar’i

Sebagaimana seperti yang telah disinggung di penjelasan diatas, manusia senantiasa menghadapi berbagai pilihan dalam hidupnya. Berbagai cara pun dilakukan agar mereka bisa meyakinkan diri atas keputusan yang telah ia ambil.
Sebelum shalat istikharah hadir sebagai sebuah tuntunan syar’i bagi seorang muslim, banyak sekali cara-cara yang dilakukan untuk memutuskan sesuatu. Diantaranya ada yang menyesatkan dan mengada-ada. Jangankan bernilai ilmiah, beberapa cara dalam mengambil keputusan pun terbilang tidak masuk akal dan lebih ke takhayul belaka.
Salah satu contohnya sebagaimana di kisahkan dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan mendapatkan derajat yang tinggi orang yang berdukun atau mengundi dengan anak panah, atau pulang dari perjalanan dengan pesimis”.
Bahkan dalam kitab Al-Kabair karaya Syamsudin Adz-Dzahabi, mengundi dengan anak panah ini termasuk dalam salah satu dosa besar. Hal ini didasari dari ayat Al Qur’an,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. (QS Al-Maidah :90)
Maka dari penjelasan ini pun kita bisa mengambil kesimpulan, jika sebenarnya shalat istikharah pun adalah sebuah syiar untuk menghilangkan kebathilan. Shalat istikharah menjadi syariat yang mestinya menjadi solusi ketika kita menghadapi setiap permasalahan apapun.
shalat istikharah bisa menjadi satu solusi mana kala kita menyerahkan sepnuhnya keputusan tersebut kepada Allah. Karenanya shalat istikharah bisa juga menjadi bentuk nyata ketawakalan kita kepada Allah, mengikis kesombongan dan menyatakan diri ini lemah dan Allah lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Shalat Istikharah

Shalat istikharah adalah sholat yang berjumlah 2 rakaat yang disunnahkan berdasarkan praktek yang telah di
contohkan oleh Rasulullah SAW. Sholat ini dilaksanakan manakala menghadapi pilihan-pilihan yang mesti dengan segera diambil keputusan.
Sebagaimana ibadah-ibadah yang lain, shalat istikharah pun mesti didasari dalil yang jelas dan kuat. Karena itu sebelum lebih jauh kita mempelajari tentang sshalat istikharah beserta dengan tata caranya, maka ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu dalil yang menguatkan dilaksanakannya sholat sitikhoroh tersebut.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاِسْتِخَارَةَ فِى الأُمُورِ كُلِّهَا ، كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ « إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى – قَالَ – وَيُسَمِّى حَاجَتَهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa:
“Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.”
Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).
Tata Cara Shalat Istikharah
Sholat sunnah memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan sholat fardhu secara umum. Jika pada artikel sebelumnya kita mengetahui adanya sholat yang ditentukan batasan waktu dan sholat yang ditentukan karena hal yang melatar belakanginya.
Sebagaimana sholat hajat, shalat istikharah termasuk kedalam sholat yang dlaksanakan karena hal-hal yang melatar belakanginya. Dalam hal ini karena kita dihadapkan pada sejumlah pilihan yang sifatnya mendesak dan penting.
Sholat sunnah pun memliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan sholat fardhu, yaitu diperbolehkan untuk digabung dengan sholat sunnah yang lain. Seperti shalat istikharah dengan sholat rawatib atau tahiyatul mesjid.
Dengan demikian tidak menjadi masalah, ketika kita selesai melaksanakan sholat sunnah rawatib kemudian diakhiri dengan membaca doa shalat istikharah. Setidaknya demikian pendapat sebagian ulama, khususnya Imam An Nawawi yang mengatakan, “Teks hadis menunjukkan bahwa doa istikharah bisa dilakukan setelah melaksanakan shalat rawatib, tahiyatul masjid, atau shalat sunnah lainnya.” (Bughyatul Mutathawi’, Hal. 45)

Waktu Pelaksanaan

shalat istikharah tidak memiliki batasan tertentu untuk waktu pelaksanaannya. Meski demikian ada anjuran untuk melaksanakannya di waktu sepertiga malam. Bersamaan dengan pelaksanaan qiyamullail sholat tahajud.
Selain ada pengajuran waktu yang baik, ada juga pencegahan waktu sebaiknya tidak melaksanakan sholat. Waktu-waktu tersebut adalah waktu-waktu dimana dilarangnya sholat sunnah.

Niat

Jika di lafazkan, maka shalat istikharah adalah,
USSHOLLI SUNNATAN ISTIKHOROTI RAK’ATAINI LILLAHI TA’ALA
Saya berniat sholat sunnat istikhoroh dua rakaat karena Allah Ta’ala
Akan tetapi, sejatinya tempat niat itu adalah di hati. Menghadirkan niat di hati sebaiknya juga disertai dengan adanya rasa pengharapan dan menyerahkan atas segala urusan hanya kepada Allah semata.

Jumlah Rakaat

Dalam hadist dikatakan jika jumlah rakaat dalam shalat istikharah adalah 2 rakaat. Adapun 2 rakaat tersebut bisa berdiri sendiri dengan niat khusus sholat istokhoroh, atau niat yang digabung dengan niat yang lain seperti sholat sunnah rawatib.

Do’a

Do’a shalat istikharah ini dibaca seusai melaksanakan sholat 2 rakaat. Dengan demikian, sah dikatakan shalat istikharah jika telah melaksanakan sholat sunnah apa pun yang berjumlah 2 rakaat, kemudian membaca do’a shalat istikharah selepas salam.
Ada beberapa redaksi do’a shalat istikharah yang sumber utamanya tetap berasal dari hadist yang telah kita baca di penjelasan sebelumnya.
Do’a Istikharah 1
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى

“Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih”
Do’a Istikharah 2
sama dengan atas hanya ada beberapa kalimat yang berbeda, yaitu:
Kalimat [دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى] diganti dengan [عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ]. Sehingga, Teks lengkapnya:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى

Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii ‘aajili amrii wa aajilih, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih.
Hikmah Dibalik Salat Istikharah

1. Bukti Tawakal Kepada Allah

Melaksanakan shalat istikharah adalah sebagai salah satu bentuk ketawakalan kita kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan shalat istikharah kita menyerahkan segala urusan kepada Allah, menyerahkan keputusan berdasarkan penilaian terbaik menurutNya.
Meski bisa saja ternyata pilihan yang telah menjadi keputusannya tersebut tidak sesuai dengan harapan atau malah merugikan. Kita senantiasa berupaya memelihara husnuzhon kepada Allah, jika apapun yang kita alami adalah kehendakNya yang terbaik untuk kita.

2. Syiar Menghilangkan Kebathilan

Pada masa sebelum Islam tersebar, banyak cara memutuskan suatu perkara itu didasarkan pada praktek-praktek yang menyesatkan. Beberapa diantaranya seperti mendatangi dukun, mengundi nasib dan percaya mitos atau takhayul. Hal-hal semacam ini selain menyimpang dan tidak dibenarkan oleh Islam juga tidak masuk akal.
Maka tuntunan sholat istikhoroh adalah untuk mengikis habis berbagai cara-cara yang menyesatkan tersebut. Sehingga tersisa sebuah praktek pengambilan keputusan yang dipasrahkan kepada Allah berdasarkan sunnah.
3. Mengikuti Tuntunan Syar’i
Rasulullah SAW telah mencontohkan bagaimana cara mengambil keputusan dan memilih diantara beberapa pilihan dengan sholat istikhoroh. Karenanya, melaksanakan sholat istikhoroh adalah salah satu bentuk bukti ketaatan kita atas apa yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW.
Tentu saja, berbagai upaya yang kita lakukan untuk membuktikan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya akan dibalas dengan pahala. Maka melaksanakan sholat istikhoroh pun menjadi sebuah tabungan investasi pahala untuk meraih keridhoanNya dan meraih syurga-Nya.

4. Melatih Diri untuk Senantiasa Mampu Membaca Tanda-tanda Keridhoan Allah Atas Berbagai Keputusan yang Kita Ambil.

Pada akhirnya, Allah akan menuntun kita dengan keputusanNya yang terbaik. Akan tetapi adakalanya ketika kita kurang cerdas dalam memahami tanda-tanda-Nya seringkali kita malah bersikukuh dengan keputusan yang kita tentukan sebelumnya, padahal hal tersebut bukan hal yang diridhoi oleh Nya.
Untuk memahami hikmah yang satu ini, maka kita perlu berlatih terus menerus bagaimana tanda-tanda Allah meridhoi keputusan yang akan kita ambil tersebut. Hal yang harus pertama kali dilakukan adalah dengan membersihkan sebersih-bersihnya faktor-faktor lain yang akan merusak keikhlasan kita dalam melaksanakan sholat istikhoroh.
Contoh, ketika kita melakukan sholat istikhoroh ketika dihadapkan pada pilihan pekerjaan. Pekerjaan A gaji besar dan lingkungan nyaman, akan tetapi banyak potensi uang haram disana. Sementara pekerjaan B gaji kecil dan lingkungan tidak terlalu mendukung, akan tetapi kehalalannya terjamin.
Maka ketika melakukan sholat istikhoroh, sebaiknya kita melepaskan semua kecenderungan terhadap salah satu pihak. Sehingga ketika nanti Allah menjawab dengan pekerjaan B misalkan, akan tetapi karena dari awal kita sudah cenderung dengan pekerjaan A, maka kita menolak pekerjaan B yang telah Allah ridhoi.
Faktor penting untuk memahami bahwa tanda Allah meridhoi keputusan yang kita ambil adalah dengan mengukur seberapa besar mudhorot dan manfaat yang diberikan pada pilihan-pilihan tersebut. Semakin besar mudhorot dan semakin kecil manfaatnya, maka jelas pilihan ini tidak akan Allah ridhoi.
Khususnya untuk permasalahan jodoh, Rasulullah SAW telah memberikan indikator khusus atas pilihan yang nantinya akan di putuskan. Rasulullah SAW bersabda, Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka menangkanlah karena wanita yang memiliki agama, engkau akan beruntung.”

Cara Mengetahui Jawaban dari Sholat Istikhoroh

Kita telah mengetahui indikator bahwa keputusan yang kita ambil itu ada dalam ridho-Nya. Pertanyaan berikuitnya adalah bagaimana cara Allah menjawab do’a istikharah tersebut?
Ada banyak pendapat tentang bagaimana cara Allah menjawab do’a istikharah yang kita panjatkan. Ada yang melalui mimpi, halaman pada Al-Qur’an dan yang lain sebagainya. Yang pasti Allah akan menjawab setiap doa kita melalui jawaban yang terbaik dariNya.
Karena itu jangan menutup berbagai kemungkinan atas jawaban Allah. Meski lazimnya banyak yang berpendapat jika jawaban Allah itu dijawab melalui mimpi, akan tetapi kita jangan serta merta menutup pintu kemungkinan lain atau berputus asa saat kita tidak kunjung bermimpi.
Terkait soal mimpi, Rasulullah SAW bersabda, “Mimpi ada 3 macam: dari Allah, dari setan, dan bisikan hati.” Oleh karena itu, kebenaran dari mimpi pun hanya memiliki kemungkinan sebesar 1/3 saja, sedangkan 1/3 lagi kemungkinan dari syetan. Mengetahui hal ini, maka kita harus berhati-hati setiap kali menyikap mimpi yang mendatangi tidur kita.
Akan tetapi, tuntunan yang paling banyak ulama berpendapat adalah dengan melaksanakan apa yang telah menjadi kehendak hatinya. Dengan berhusnuzhon bahwa Allah yang akan memberikan berbagai kebaikan melalui keputusannya tersebut.
Imam Nawawi berkata,” “Jika seseorang melakukan istikharah, maka lanjutkanlah apa yang menjadi keinginan hatinya.”
Demikian penjelasan lengkap tentang sholat istikhoroh ini. Semoga kita bisa mengamalkan berbagai sunnah seperti yang telah Rasulullah SAW contohkan, contohnya seperti sholat istikhoroh ini. Sehingga kita senantiasa ada didalam perlindungan dan petunjuk Allah SWT.

0 komentar: