Kisah Nabi Sulaiman As
Dalam aqidah ahlussunnah waljama’ah yang
benar, ada 25 orang Rasul yang wajib diimani dan diketahui oleh setiap muslim.
Salah satu dari 25 Nabi sekaligus Rasul tersebut adalah Nabi Sulaiman as.
Sebenarnya jumlah Nabi sepanjang hidup
umat manusia dalam suatu riwayat berjumlah sekitar 124.000 orang. Jumlah Rasul
sendiri adalah 313 orang. Namun dalam aqidah kita, yang wajib kita ketahui
hanya 25 orang nabi dan rasul saja.
Selebihnya hanya wajib kita imani (bahwa
para nabi dan Rasul tersebut ada) saja, tidak sampai harus diketahui.
Oleh karena itu, mengetahui kisah atau
cerita ke-25 Rasul tersebut merupakan suatu keharusan. Dengan mempelajari kisah
Nabi Sulaiman as, maka kita sudah menjalankan sebagian keharusan tersebut.
Namun, jangan lupa juga membaca kisah rasul yang lain.
Siapakah
Nabi Sulaiman as?
Dalam urutan
nama-nama Nabi dan Rasul yang sudah sering kita baca dalam buku-buku cerita
Nabi, Nabi Sulaiman as ada di urutan ke-18 sebelum nabi sesudah Nabi Daud as
dan sebelum Nabi Ilyas as.
Ayah kandung
dari Nabi Sulaiman as adalah Nabi Daud as. Sebelum Nabi Sulaiman as diangkat
menjadi Rasul dan memegang kerajaan, rasul sekaligus raja sebelumnya adalah
ayahnya sendiri, Nabi Daud as.
Nabi Sulaiman as
dan ayahnya Nabi Daud as merupakan dua orang Rasul yang diutus kepada bani
Israil di Palestina pada waktu itu.
Keteladanan dan Keistimewaan Nabi Sulaiman as
Sejak masih
kanak-kanak hingga remaja, Nabi Sulaiman sudah memperlihatkan kecerdasan,
kecakapan dan kemampuan berpikir yang baik terutama dalam pengambilan
keputusan. Nabi Sulaiman as diceritakan juga sering Menengahi berbagai
perselisihan yang terjadi antar penduduk di kalangan Bani Israil.
Beliau juga
seringkali ikut bersama ayahnya dalam persidangan untuk menangani berbagai
perselisihan yang terjadi di kalangan Bani Israil. Nabi Sulaiman as memang
sengaja diajak bersama sebagai proses kaderisasi jika suatu saat Nabi Dauh as
wafat.
Dalam sejarah,
diketahui bahwa Nabi Sulaiman as memang yang paling pandai di antara saudaranya
yang lain.
Ada satu
kejadian yang menunjukkan kematangan Nabi Sulaiman dalam menengahi
perselisihan. Dalam sebuah persidangan ada dua orang datang meminta Nabi Daud
as memutuskan perkara mereka, anggaplah si A dan si B.
Kebun si A telah
dimasuki oleh kambing-kambing si B saat malam hari sehingga isi kebun yang
telah dirawat sekian lama itu habis dirusak dan dimakan. Padahal sudah masuk
masa panen. Si B sendiri mengakui kejadian tersebut.
Dalam
permasalahan itu, Nabi Daud memutuskan si B wajib menyerahkan
kambing-kambingnya kepada si A sebagai ganti rugi.
Nabi Sulaiman
merasa keputusan tersebut kurang tepat.
Beliau kemudian
berkata kepada ayahnya kurang lebih seperti ini:
“Wahai ayahku,
menurut pertimbanganku keputusan tersebut kurang tepat. Menurutku sebaiknya
karena kambing si B telah memakan tanaman si A, maka si B wajib memugarkan (dengan
ditanam kembali misalnya) kembali tanaman tersebut sehingga seperti sedia kala.
Dan selama si B mengerjakan demikian, maka si A wajib menjaga kambing-kambing
si B, merawatnya dan mengambil manfaat seperlunya.”
Kuputusan
tersebut diterima dengan baik oleh kedua orang yang menggugat dan digugat.
Kejadian ini menjadikan Nabi Sulaiman as semakin dikagumi kecerdasannya.
Kerajaan Nabi Sulaiman as
Seperti
dijelaskan sebelumnya, sejak masih muda, Nabi Sulaiman telah disiapkan oleh
Nabi Daud untuk menggantikannya mengepalai kerajaan Bani Israil.
Kakak Nabi
Sulaiman, Absyalum, tidak rela dilangkahi oleh adiknya. Ia beranggapan dialah
yang sepatutnya menjadi putera mahkota sebagai pewaris pertama kerajaan Bani
Israil.
Absyalum
kemudian melakukan propaganda untuk menggulingkan pemerintahan ayahnya. Dia
mengumpulkan masyarakat yang telah dipengaruhi untuk menduduki instana.
Rencana Absyalum
berhasil. Absyalum menguasai kerajaan selama beberapa waktu. Namun dengan
berbagai usaha, kerajaan tersebut bisa direbut kembali oleh Nabi Daud as.
Ketika Nabi Daud
As wafat, kerajaan Bani Israil diberikan kepada Nabi Sulaiman As. Mulai saat
itu, Nabi Sulaiman as lah yang memimpin kerajaan Bani Israil hingga beliau
wafat.
Mukjizat Nabi Sulaiman as
Setiap Rasul
pasti diberikan mukjizat oleh Allah SWT, begitu juga dengan Nabi Sulaiman as.
Nabi Sulaiman as dianugerahi beberapa mukjizat oleh Allah SWT. Beberapa di
antaranya adalah mampu menguasai para jin dan mampu berbicara dengan binatang.
Hal ini tentu
tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa seperti kita. Itulah kenapa hal
tersebut dinamakan den
gan mukjizat,
karena merupakan hal yang luar biasa dan di luar nalar.
Beberapa
mukjizat Nabi Sulaiman as bisa kita lihat dalam dua ayat Alquran ini.
Dan sesungguhnya Kami
telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: “Segala
puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang
beriman” (An Naml:
15)
Dan Sulaiman telah mewarisi
Daud, dan dia berkata: “Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara
burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar
suatu kurnia yang nyata“ (An Naml: 16).
Juga bisa kita
baca dalam ayat di bawah ini.
” Dan (telah Kami tundukkan)
untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan
perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha
Mengetahui segala sesuatu. ” (Al-anbiya: 81)
Nabi Sulaiman as Mampu Berbicara dan Mengendalikan Makhluk
Lain (dengan izin Allah)
Seperti
disebutkan sebelumnya, Nabi Sulaiman as dianugerahi banyak sekali kelebihan dan
mukjizat oleh Allah SWT. Salah satunya adalah mampu menundukkan makhluk lain
seperti jin dan burung.
Hal ini seperti
termaktub dalam surat An Naml ayat 17:
“Dan dihimpunkan untuk
Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan
tertib (dalam barisan).” (An Naml: 17)
Sementara dalam
surat yang lain, Nabi Sulaiman dikabarkan mampu mengendalikan angin.
“Dan (telah Kami tundukkan)
untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan
perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (Al Anbiya: 81)
Dikisahkan juga
bahwa yang pembangunan gedung-gedung di masa kerajaan Nabi Sulaiman as
dilakukan oleh para jin (dalam Alquran menggunakan kata syaithan). Hal
ini bisa kita baca dalam surat Al Anbiya:
“Dan Kami telah tundukkan
(pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut)
untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami
memelihara mereka itu,” (Al Anbiya: 81)
Nabi Sulaiman as dan Semut
Selain mampu
menundukkan para jin, Nabi Sulaiman as juga mampu menundukkan makhluk lain
seperti binatang. Salah satu binatang yang suaranya didengar oleh Nabi Sulaiman
as adalah semut. Hal ini juga disebutkan dalam Alquran surat An Naml ayat
18-19.
Hingga apabila
mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut:
” Hingga apabila mereka
sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke
dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadari”(An-Naml : 18)
Nabi Sulaiman as
pun tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Beliau
berdoa sebagaimana tertulis dalam ayat selanjutnya.
“maka dia tersenyum dengan
tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku
berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh“. (QS. An-Naml : 19)
Kisah Nabi Sulaiman dan Burung Hud-Hud
Suatu hari Nabi
Sulaiman as mengumpulkan tentaranya dari berbagai jenis makhluk. Namun saat
dilakukan pengecekan, burung hud-hud tidak ada dalam kelompok. Hal ini seperti
tersebut dalam Alquran:
“ Dan dia memeriksa
burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia
termasuk yang tidak hadir.” (QS. An Naml : 20)
Karena
ketidakhadirannya, Nabi Sulaiman as sempat mengancam untuk menghukum burung
hud-hud sebagaimana tertulis dalam ayat selanjutnya.
” Sungguh aku benar-benar
akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali
jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. (QS. An
Naml : 21)
Ada juga versi
cerita yang mengatakan bahwa setelah Nabi Sulaiman As membangun Baitulmaqdis
dan melakukan ibadah haji, Beliau kemudian melakukan perjalannya ke Yaman.
Setibanya di San’a, Ibu Kota Yaman, ia memanggil burung hud-hud untuk mencari
sumber air di tempat yang kering dan tandus itu.
Ternyata burung
hud-hud tidak kunjung datang. Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan menghukum
burung Hud-hud jika ketidakhadirannya karena alasan yang kurang jelas.
Namun tidak lama
kemudian, burung hud-hud muncul. Cerita ini masih tertulis dalam ayat
selanjutnya.
” Maka tidak lama
kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu
yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu
berita penting yang diyakini.” (QS. An Naml: 22)
Penjelasan dan percakapan antara Nabi Sulaiman as dan burung
hud-hud (agar lebih mudah) akan kita pelajari sama-sama melalui ayat-ayat
selanjutnya dari surat An Naml.
Burung hud-hud
mengaku menjumpai seorang wanita yang mempunya singgasana atau kerajaan yang
besar.
“Sesungguhnya aku menjumpai
seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta
mempunyai singgasana yang besar. “ (QS. An
Naml: 23)
Namun wanita
tersebut dan kaumnya tidak menyembah Allah, melainkan menyembah matahari.
“Aku mendapati dia dan kaumnya
menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang
indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah),
sehingga mereka tidak dapat petunjuk,“ (QS. An
Naml: 24)
“agar mereka tidak menyembah
Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang
mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.“ (QS. An
Naml: 25)
“Allah, tiada Tuhan Yang disembah
kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Arsy yang besar“ (QS. An
Naml: 26)
Setelah
mendengan penjelasan dari burung hud-hud, Nabi Sulaiman as kemudian menjawab:
“Berkata Sulaiman: “Akan kami
lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.“ (QS. An
Naml: 27)
Ayat seterusnya
dari surat An Naml akan menjelaskan kisah Nabi Sulaiman as dan Ratu
Balqis. Oleh karena itu, akan saya buat sub judul sendiri untuk lebih
memudahkan.
Nabi Sulaiman as dan Ratu Balqis
Agar lebih
afdhal, cerita selanjutnya akan saya runut berdasarkan cerita yang tertulis
dalam surat An Naml. Selain ayat dalam Bahasa Arab, saya juga mencantumkan
arti sekaligus tafsir (Jalalain). Silakan melanjutkan.
Nabi Sulaiman as
kemudian melanjutkan dan meminta kepada burung hud-hud uuntuk mengantarkan
surat kepada wanita/ratu tersebut (yang dimaksud adalah Ratu Balqis).
” Pergilah dengan
(membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari
mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan“ (QS. An
Naml: 28)
Surat itu
kemudian sampai dan dibaca oleh Ratu Balqis. Isinya:
“Dengan Nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah daripadaku, Sulaiman.
Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi
daripadaku. Datanglah sekalian kepadaku berserah diri.”
Dalam ayat
selanjutnya, Ratu Balqis memberitahukan kepada pembesar-pembesar di negerinya
terkait surat tersebut.
“Berkata ia (Balqis): “Hai
pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang
mulia.“ (QS. An Naml: 29)
“Sesungguhnya surat itu dari
Sulaiman dan sesungguhnya isinya) kandungan isi surah itu, (‘Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang).” (QS. An
Naml: 30)
أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
(Janganlah kamu sekalian
berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku, sebagai orang-orang yang berserah
diri’)“. (QS. An Naml: 31)
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا
كُنتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ
“(Berkata dia, “Hai para
pembesar! Berilah aku pertimbangan) dapat dibaca Al Mala-u Aftuni dan Al
Mala-uwaftuni, maksudnya, kemukakanlah saran kamu sekalian kepadaku (dalam
urusanku ini, aku tidak pernah memutuskan suatu persoalan) karena aku
belum pernah memutuskannya (sebelum kalian berada dalam majelisku”) sebelum
kalian semua hadir di majelisku ini.” (QS. An
Naml: 32)
Para pembesar
Ratu Balqis kemudian memberikan jawaban seperti dalam ayat 33 berikut.
قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ
وَالْأَمْرُ إِلَيْكِ فَانظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ
“(Mereka menjawab, “Kita
adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga memiliki keberanian yang
sangat) dalam peperangan (dan keputusan berada di tanganmu, maka
pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”) kami akan menaati
perintahmu.” (QS. An Naml: 33)
Secara tersirat,
para pembesar tersebut menyarankan untuk mengangkat senjata karena secara
kekuatan dirasa sanggup. Namun keputusan tetap beraada di tangan Ratu mereka.
Ratu Balqis
kemudian menjawab.
قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا
وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً ۖ وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ
(Dia berkata, “Sesungguhnya
raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya) melakukan
pengrusakan di dalamnya (dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina,
dan demikian pula yang akan mereka perbuat) yang akan dilakukan oleh para
pengirim surah ini. (QS. An Naml: 34)
Ratu Balqus
memilih untuk mengirimkan hadiah kepada sipengirim surat (waktu itu belum tahu
Nabi Sulaiman a.s) sebagai bentuk beritiqad baik.
وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِم بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ
يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ
“(Dan sesungguhnya aku akan
mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa
yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu”) apakah mereka akan
menerima hadiahku ini atau menolaknya. Jika ia seorang raja niscaya ia akan
menerimanya, jika ia seorang Nabi niscaya ia akan menolaknya. Kemudian ratu
Balqis mengirimkan para pelayan lelaki dan perempuan yang jumlahnya dua ribu
orang; separuh laki-laki dan separuh lagi perempuan. Para utusan itu membawa
lima ratus balok emas, sebuah mahkota yang bertatahkan permata, minyak kesturi,
minyak anbar dan hadiah-hadiah lainnya beserta sebuah surah jawaban. Burung
Hud-hud segera terbang menuju ke Nabi Sulaiman untuk memberitakan kepadanya
semua apa yang ia dengar dan saksikan itu. Setelah Nabi Sulaiman mendapat
berita dari burung Hud-hud, maka segera ia memerintahkan pasukannya untuk
membuat batu bata dari emas dan perak, hendaknya dari tempat ia berkemah sampai
dengan sembilan farsakh dihampari permadani, kemudian di sekelilingnya dibangun
tembok yang terbuat dari batu bata emas dan perak, kemudian ia memerintahkan
kepada anak-anak jin supaya mendatangkan hewan darat dan hewan laut yang paling
indah untuk ditaruh di sebelah kanan dan kiri lapangan dekat istana yang
dibangunnya itu.” (QS. An Naml: 35)
Utusan Ratu
Balqis kemudian sampai di kediaman Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman lalu berujar
kepada para utusan tersebut.
فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا
آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِّمَّا آتَاكُم بَلْ أَنتُم بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ
(Maka tatkala utusan itu
sampai) utusan ratu Balqis yang membawa hadiah berikut dengan
pengiring-pengiringnya(kepada Sulaiman. Sulaiman berkata, “Apakah patut kalian
menolong aku dengan harta?, apa yang diberikan Allah kepadaku) berupa
kenabian dan kerajaan (lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepada
kalian) yakni keduniaan yang diberikan kepada kalian (tetapi kalian
merasa bangga dengan hadiah kalian itu) karena kalian merasa bangga dengan
harta keduniaan yang kalian miliki. (QS. An Naml:
36)
Nabi Sulaiman
kemudian memerintahkan para utusan tersebut untuk kembali. Tidak hanya itu,
Nabi Sulaiman meminta ratu mereka untuk mendatangi Nabi Sulaiman. Bahkan Nabi
Sulaiman mengancam akan mengusir mereka dari negeri mereka (negeri Saba’) jika
sang ratu tidak mau datang. Hal ini tertulis dalam ayat selanjutnya.
ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُم بِجُنُودٍ لَّا قِبَلَ
لَهُم بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُم مِّنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ
(Kembalilah kepada mereka) dengan
hadiah yang kamu bawa itu (sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala
tentara yang mereka tidak mempunyai kekuatan) tidak berdaya lagi (untuk
melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu) dari
negeri tempat tinggal mereka, yaitu negeri Saba’. Negeri ini dinamai dengan
nama kakek moyang mereka (dengan terhina dan mereka menjadi tawanan”) jika
mereka tidak mau datang kepadaku dengan berserah diri. Ketika utusan itu
kembali kepada ratu Balqis berikut dengan hadiah yang mereka bawa sebelumnya,
ratu Balqis menempatkan singgasananya di dalam keratonnya yang berpintu tujuh,
sedangkan keraton ratu Balqis berada di dalam tujuh keraton yang besar-besar.
Kemudian semua pintu-pintunya dikunci dengan rapat dan menugaskan sebagian bala
tentaranya untuk menjaga keraton dan singgasananya. Setelah itu ia bersiap-siap
untuk melakukan perjalanan menghadap Nabi Sulaiman, untuk melihat apa yang
bakal diperintahkan oleh Nabi Sulaiman kepada dirinya. Berangkatlah ratu Balqis
dengan membawa dua belas ribu pasukannya; menurut pendapat yang lain disebutkan
bahwa jumlah tentara yang dibawanya pada saat itu sangat banyak, sehingga dari
jarak satu farsakh dapat terdengar suara gemuruhnya. (QS. An Naml:
37)
Mengetahui Ratu
Balqis memenuhi permintaan Nabi Sulaiman, maka Nabi Sulaiman memerintahkan
kepada para pembesarnya untuk membawa istana Ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman.
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا
قَبْلَ أَن يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
“(Berkata Sulaiman, “Hai
pembesar-pembesar! Siapakah di antara kamu sekalian) lafal ayat ini dapat
dibaca secara Tahqiq dan dapat pula ia dibaca secara Tas-hil sebagaimana
keterangan sebelumnya (yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum
mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?”) yakni taat dan
tunduk kepadaku. Maka aku harus mengambil singgasananya itu sebelum mereka
datang, bukan sesudahnya.” (QS. An Naml: 38)
Permintaan Nabi
Sulaiman ini kemudian disambut oleh jin ifrit.
قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن
تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
“(Ifrit dari golongan jin
berkata,) yakni jin yang paling kuat lagi keras (“Aku akan datang kepadamu
dengan membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu) dari
majelis tempat ia melakukan peradilan di antara orang-orang, yaitu dari mulai
pagi sampai tengah hari (dan sesungguhnya aku benar-benar kuat) untuk
membawanya (lagi dapat dipercaya.”) atas semua permata dan batu-batu berharga
lainnya yang ada pada singgasananya itu. Maka Nabi Sulaiman berkata, “Aku
menginginkan yang lebih cepat dari itu”.” (QS. An
Naml: 39)
Mendengar permintaan Nabi Sulaiman, Ashif ibnu
Barkhiya (ada yang mengatakan sepupu Nabi Sulaiman, ada yang mengatakan juru
tulis Nabi Sulaiman) mengatakan bisa membawa singgasana tersebut dalam sekelip
mata.
فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي
غَنِيٌّ كَرِيمٌ
(Seorang yang mempunyai ilmu
dari Al kitab) yang diturunkan (berkata,) ia bernama Ashif ibnu
Barkhiya; dia terkenal sangat jujur dan mengetahui tentang asma Allah Yang
Teragung, yaitu suatu asma apabila dipanjatkan doa niscaya doa itu dikabulkan (“Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”) jika kamu
tujukan pandanganmu itu kepada sesuatu. Maka Ashif berkata kepadanya, “Coba
lihat langit itu”, maka Nabi Sulaiman pun menujukan pandangannya ke langit,
setelah itu ia mengembalikan pandangannya ke arah semula sebagaimana biasanya,
tiba-tiba ia menjumpai singgasana ratu Balqis itu telah ada di hadapannya.
Ketika Nabi Sulaiman mengarahkan pandangannya ke langit, pada saat itulah Ashif
berdoa dengan mengucapkan Ismul A’zham, seraya meminta kepada Allah supaya Dia
mendatangkan singgasana tersebut, maka dikabulkan permintaan Ashif itu oleh
Allah. Sehingga dengan seketika singgasana itu telah berada di hadapannya.
Ibaratnya Allah meletakkan singgasana itu di bawah bumi, lalu dimunculkan-Nya
di bawah singgasana Nabi Sulaiman. (Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak) telah berada (di hadapannya, ia pun
berkata, “Ini) yakni didatangkannya singgasana itu untukku (termasuk
karunia Rabbku untuk mencoba aku) untuk menguji diriku (apakah aku
bersyukur)mensyukuri nikmat, lafal ayat ini dapat dibaca Tahqiq dan
Tas-hil (atau mengingkari) nikmat-Nya. (Dan barang siapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya) artinya
pahalanya itu untuk dirinya sendiri (dan barang siapa yang ingkar) akan
nikmat-Nya (maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya) tidak membutuhkan
kesyukurannya (lagi Maha Mulia”) yakni tetap memberikan kemurahan kepada
orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya. (QS. An Naml: 40)
Ketika
singgasana tersebut telah berada di hadapan Nabi Sulaiman, beliau berkata.
قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ
تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ
(Dia berkata, “Ubahlah
baginya singgasananya) yaitu bentuknya sehingga bila kelak ia melihatnya tidak
yakin bahwa singgasana itu miliknya sendiri, (maka kita akan melihat
apakah dia mengenal) yakni dapat mengetahuinya (ataukah dia termasuk
orang-orang yang tidak mengenalnya”) tidak mengetahuinya karena telah mengalami
perubahan. Nabi Sulaiman sengaja melakukan hal ini untuk menguji kecerdasan
akalnya, karena menurut kata orang-orang dia berakal cerdas. Maka mereka segera
mengubah singgasana itu dengan cara menambahi dan mengurangi serta memoles
bagian-bagiannya. (QS. An Naml: 41)
Saat Ratu Balqis
tiba, beliau tidak menyangka bahwa ada istina yang menyerupai istananya di
Saba. Selama ini beliau berpikir beliaulah pemilik istana terindah.
Saat ditanya
oleh Nabi Sulaiman as: “Seperti inikah singgasanamu?” Dengan terperanjat Ratu
Balqis menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku” Kemudian Ratu Balqis
dipersilakan masuk ke istana Nabi Sulaiman.
Peristiwa
tersebut membuat Ratus Balqis takjub dan menyadari kekurangannya. Beliau pun
memohon maaf atas kekhilafaanya selama ini. Ratu Balqis kemudian menikah dengan
Nabi Sulaiman as.
Penutup
Itulah beberapa
bagian kisah dari Nabi Sulaiman as. Tentu banyak sekali bagian cerita dari
seorang Rasul Allah yang mulia tersebut. Namun yang sampai kepada kita melalui
Alquran dan referensi lainnya hanya beberapa bagian saja.
Jika ada yang
ingin menambahkan, silakan tulis di kolom komentar ya. Atau jika ada kesalahan
dalam cerita maupun penulisan, mohon juga revisinya.
Jadi, sejauh
mana kita sudah mengenal Nabi Sulaiman as?
0 komentar:
Posting Komentar