Senin, 13 Agustus 2018

Sholat Taubat


Sholat Taubat
Sholat taubat adalah cara untuk meraih salah satu amal yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah, yaitu taubat nasuha. Taubat adalah sikap menerima setiap kesalahan yang kita lakukan dan menyesalinya, serta berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.
Allah telah menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Allah mendesain manusia dengan  berbagai keterbatasan bukan berarti tanpa tujuan. Disini terkandung hikmah yang besar, yang dengannya kita bisa menggali banyak pelajaran.
Pada artikel kali ini, kita akan mempelajari tentang cara sholat taubat sebagai salah satu ikhtiar kita dalam melakukan taubat nasuha.
Daftar Isi 
·         Taubat Nasuha
·         Sholat Taubat
o    Niat
Manusia dan Kesalahan
Sebuah pepatah arab mengatakan jika manusia adalah tempatnya khilaf dan lupa. Meski pepatah ini tidak bisa dikatakan sebagai dalil bahwa manusia adalah makhluk yang cenderung berbuat salah, akan tetapi secara tersirat Allah telah menunjukan tentang karakteristik sejati dari manusia tersebut.
Bahkan semenjak penciptaan manusia yang pertama, kehidupan manusia telah diwarnai dengan kesalahan dan dosa. Nabi Adam as yang ketika pertama kali diciptakan di tempatkan oleh Allah di syurga, karena satu kesalahan maka Allah menghukum dengan menurunkannya ke dunia.
Allah mengabadikan kisah ini di dalam Al Qur’an,
يَـٰٓـَٔادَمُ ٱسۡكُنۡ أَنتَ وَزَوۡجُكَ ٱلۡجَنَّةَ وَكُلَا مِنۡهَا رَغَدًا حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هَـٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ (٣٥) فَأَزَلَّهُمَا ٱلشَّيۡطَـٰنُ عَنۡہَا فَأَخۡرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ‌ۖ وَقُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ۬‌ۖ وَلَكُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ۬ وَمَتَـٰعٌ إِلَىٰ حِينٍ۬ (٣٦) فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَـٰتٍ۬ فَتَابَ عَلَيۡهِ‌ۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S Al Baqoroh : 35-37)
Allah mendesain kisah Nabi Adam dengan sedemikian rupa sehingga kita bisa mengambil hikmah yang besar dari sana. Pada ayat diatas di jelaskan bahwa pada saat Nabi Adam di kenai hukuman dari Allah dengan diturunkannya ke bumi, ternyata Allah tidak membiarkannya begitu saja.
Allah pun mewahyukan kepada Nabi Adam sebuah kalimat taubat. Kalimat taubat ini pun Allah abadikan dalam firmanNya yang lain dan dalam kisah yang lebih lengkap.
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (Q.S Al-A’raf : 23)
Inilah syariat pertama dan itu tentang pertaubatan. Hal ini menunjukan jika manusia memang memiliki kecenderungan dan tabiat dalam berbuat dosa dan salah, namun disisi lain Allah pun telah menunjukan bagaimana cara menghindari dan cara agar mendapatkan pengampunan dariNya.
Maka semenjak Nabi Adam, kaum dan para nabi setelahnya bahkan sampai kepada kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW, syariat taubat terus menerus menjadi materi yang disampaikan.
Bahkan Nabi Muhammad SAW, sebagai sosok kekasih Allah dan orang yang pasti telah terjamin masuk syurga telah bersabda,
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Mestinya hadist diatas menjadi peringatan bagi kita, dimana sosok seorang Rasul pun yang telah maksum (terjamin dari kesalahan) tetap memohon ampun bahkan hingga 100 kali dalam satu hari. Maka kita sebagai umatnya mestinya jangan pernah merasa bosan untuk meminta ampun dan melakukan pertaubatan untuk berbagai kesalahan kita, baik yang disengaja ataupun tidak.
Mengenal Asma Allah : Yang Maha Pemaaf
Pada artikel tentang asmaul husna, kita telah mengenal 99 nama Allah yang mewakili berbagai sifatNya. Salah satu sifatNya yaitu Allah Yang Maha Pemaaf.
Sifat Allah Yang Maha Pemaaf ini dalam asmaul husna diwakili oleh العفو  ( Al Afuww ) yaitu Yang Maha Pemaaf. Selain itu ada pula asma-asma lain yang memiliki makna serupa, yaitu التواب ( At Tawwaab ) Yang Maha Penerima Tobat, الغفور ( Al Ghafuur ) Yang Maha Memberi Pengampunan dan الغفار ( Al Ghaffaar ) Yang Maha Pengampun.
Dengan asma ini, Allah memperkenalkan bahwa Ia adalah Yang Maha Pemaaf. Hal ini tercatat dalam Al Qur’an,
ذَٲلِكَ وَمَنۡ عَاقَبَ بِمِثۡلِ مَا عُوقِبَ بِهِۦ ثُمَّ بُغِىَ عَلَيۡهِ لَيَنصُرَنَّهُ ٱللَّهُ‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ۬
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS. Al Hajj : 60)
Pada penjelasan diatas kita memahami jika Allah telah mendesain manusia dengan segala karakter dan kecenderungannya untuk berbuat salah. Nah disisi lain Allah pun memposisikan dzat-Nya sebagai Yang Maha Pemaaf atas segala kesalahan yang telah dilakukan oleh manusia.
Allah SWT membuktikan sifat ini dengan berfirman di dalam Al Qur’an,
قُلۡ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا‌ۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ (٥٣) وَأَنِيبُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ وَأَسۡلِمُواْ لَهُ ۥ مِن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS. Az Zumar : 53-54)
Ayat diatas bisa kita fahami sebagai kabar gembira dari Allah SWT. Bagaimana tidak, ketika kita menyadari bahwa manusia adalah makhluk dengan kecenderungan berbuat salah, ternyata Allah dengan Maha Pemaaf-Nya membuka pintu ampunan dan membuka pintu harapan. Bahkan Allah mengingatkan sebelum turunnya adzab yang pedih disebabkan kelalaian manusia.
Allah SWT membuka pintu taubat sebagai bentuk pemaafan atas berbagai kesalahan yang telah dilakukan oleh manusia. Tidak ada satu pun kesalahan yang tidak akan Allah ampuni, dengan catatan manusia tersebut meminta kepada Allah ampunan. Bahkan diayat lain Allah pun masih membuka pintu ampunan bagi orang-orang yang telah membuat konsep trinitas atas nama-Nya.
Meski ada ayat di dalam Al Qur’an yang menyatakan jika Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, akan tetapi hal itu jika orang musyrik tersebut meninggal tanpa pernah bertaubat dari dosanya. Setidaknya pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu katsir dalam kitab tafsir karangan beliau.
Setelah mengenal asma Allah Yang Maha Pemaaf, semestinya kita bisa membangkitkan rasa optimisme lebih tinggi lagi akan ampunan Allah. Tanpa pernah sedikit pun menganggap remeh atas setiap dosa yang kita lakukan.
Taubat Nasuha
Setelah sebelumnya kita mengenali diri sendiri sebagai makhluk yang cenderung berbuat salah dan di sisi lain ada Allah Yang Maha Pemaaf, maka untuk membuat koneksi antar keduanya dibutuhkan sebuah ikhtiar bernama Taubat nasuha.
Pengertian Taubat Nasuha
Secara bahasa taubat artinya kembali, sementara secara istilah taubat berarti kembali kepada Allah, kembali pada syariat-Nya, mengakui segala bentuk kesalahannya dan menyesalinya, serta berjanji tidak akan mengulanginya kembali.
Allah berfirman,
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً۬ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَڪُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُ ۥ‌ۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيہِمۡ وَبِأَيۡمَـٰنِہِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآ‌ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At Tahrim : 8)
Perhatikan pada ayat diatas, dimana selain Allah menganjurkan untuk melakukan taubat nasuha juga menjanjikan bagi siapa pun yang bertaubat dengan syurga-Nya. Karena itu kita bisa memahami jika selain dari kebutuhan kita, bertaubat pun mesti menjadi keinginan kita akan pahala yang telah Allah janjikan melaluinya.
Syarat-syarat Taubat Nasuha
Sementara itu, untuk mendapatkan keberhasilan dalam melaksanakan taubat nasuha ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
1.      Menyesali segala perbuatan dosanya.
Penyesalan ini diawali dengan pengakuan sepenuh hati dengan penuh kejujuran jika apa yang telah kita lakukan itu adalah perbuatan salah dan melanggar. Ini penting guna membangkitkan tingkat kesadaran sehingga di kemudian hari tidak ada lagi rasa permisif dalam melakukan dosa.
Setelah itu baru melahirkan rasa sesal, sedih, marah dan takut atas segala perbuatan dosa yang telah kita lakukan. Rasa ini timbul setelah kita mengetahui berbagai ancaman Allah terhadap perbuatan dosa tersebut dan juga berharap dengan penuh tawakkal terhadap rahmat Allah SWT.
2.      Berazzam untuk tidak akan pernah mengulanginya kembali.
Seseorang bisa dikatakan bertaubat jika perbuatan dosanya tersebut telah benar-benar ditinggalkan dan tidak pernah diulangi kembali. Hal ini bisa dikatakan sebagai hijrah secara mental. Proses hijrah secara mental ini perlu agar semua pintu kemungkinan berbuat dosa tertutup rapat dan tidak membuka peluang perbuatan tersebut akan terulang kembali.
3.      Berjuang dengan sepenuh tenaga untuk istiqomah di jalan hidup yang baru.
Pada akhirnya, setelah kedua syarat diatas terpenuhi maka Allah akan menguji kembali hamba yang telah melakukan taubat tersebut. Ujian tersebut berupa dorongan untuk kembali melakukan dosa yang telah kita tinggalkan atau dorongan untuk melakukan dosa yang lainnya. Allah akan mencatat setiap amal dan ikhtiar yang kita lakukan guna menghindar sejauh mungkin dari perbuatan dosa tersebut sehingga tidak satu pun amal yang hilang dengan sia-sia.
4.      Meminta maaf kepada sesama manusia, jika kesalahan itu terkait hubungan kita dengan sesama.
Sampaikanlah permintaan maaf dengan sepenuh hati dan dengan lapang dada. Mintakan pula ampunan kepada Allah melalui lisannya. Terima dengan lapang dada jika pihak yang pernah kita sakiti tersebut masih memendam amarah atau melontarkan cemoohan, sebaliknya mintalah ampunan kepada Allah untuknya.
Sholat Taubat
Sebagai salah satu bentuk penyempurnaan dalam proses taubat kita, maka empat madzhab fiqih menganjurkan untuk melaksanakan sholat taubat. Sholat taubat adalah bukti keseriusan kita bahwa kita benar-benar ingin bertaubat dan segala dosa kita benar-benar ingin diampuni.
Sholat taubat sendiri hukumnya sunnah, berdasarkan hadist dari Abu Bakar ra., Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba melakukan shalat dua rakaat kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini. “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imron : 135) (HR. Tirmidzi)
Waktu Pelaksanaan Sholat
Sholat taubat termasuk sholat sunnah yang dikerjakan hanya apabila ada kejadian-kejadian tertentu yang menjadi penyebabnya. Sholat dangan karakteristik seperti ini juga ditemukan pada sholat hajat dan istikhoroh. Sholat dengan karakteristik ini juga secara khusus tidak ada pembatasan waktu pengerjaannya.
Adapun terkait kapan waktu yang idealnya, sebagian ulama berpendapat jika sholat taubat baiknya dikerjakan sesegera mungkin, setelah kita menerima hidayah dari Allah SWT. Hal ini bertujuan agar pengampunan atas dosa yang kita lakukan tidak Allah tangguhkan, sementara kita sendiri tidak tahu batas dari usia hidup kita.
Sementara sebagian ulama lain berpendapat untuk melaksanakan sholat taubat pada waktu kapan saja akan tetapi dengan pengecualian yaitu pada waktu dilarangnya melaksanakan sholat sunnah. Waktu-waktu tersebut diantaranya, pada saat shubuh hingga terbit matahari (Syuruq) dan Ashar hingga matahari tenggelam.
Niat
Niat sholat taubat adalah dengan menghadirkan keinginan untuk taubat dari berbagai kesalahan terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan berwudhu dan melaksanakan sholat 2 rakaat.
Adapun secara rukunnya, niat itu bertempat dihati sehingga hadirnya keinginan dan azzam untuk melaksanakan sholat taubat sebenarnya sudah cukup dikategorikan sebagai niat. Namun untuk menegaskan kembali bisa di lafazkan dengan lafaz yang telah diajarkan oleh para ulama.

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّوْبَةَ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
Ushalli Sunnatat Taubata Rak’ataini Lillahi Ta’ala
Artinya: Saya niat shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah.
Tata Cara Sholat
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist, hendaknya sebelum melaksanakan sholat taubat didahului dengan bersuci dengan baik. Jika ia bertaubat dari keadaan kafir atau non-muslim maka disunnahkan untuk melakukan mandi besar, sedangkan jika untuk bertaubat dari dosa-dosa yang lainnya cukup diawali dengan wudhu.
Sholat taubat sendiri dilaksanakan sebanyak 2 rakaat dengan rukun sebagaimana sholat seperti biasa. Namun jika mau, kita bisa memperpanjang sujud terakhir untuk secara khusus bermunajat dan mengakui berbagai dosa kita serta memohon ampunan dengan segala kerendahan diri dihadapan Allah SWT. Sebagaimana seperti yang disebutkan dalam hadist,
“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.”(HR. Muslim)
Do’a dan Dzikir Selepas Sholat
Sebagai penyempurna dari amalan sholat taubat kita, maka ada baiknya kita memperbanyak membaca istighfar. Meminta ampun dengan istighfar ini ada baiknya pula di sertai dengan dzikir-dzikir menyebut asma-Nya.
Selain itu ada pula beberapa do’a yang secara khusus di peruntukan untuk dibaca selepas sholat taubat, diantaranya,
Do’a Sholat Taubat 1

استغفرالله العظيم الذى لااله الاهو الحي القيوم واتوب اليه توبة عبد ظالم لايملك لنفسه ضراولا نفعا ولاموتا ولاحياة ولانشورا.
Artinya : saya memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, Tuhan yang senantiasa hidup dan mengawasi, saya memohon taubat kepada-Nya sebagaimana taubatnya hamba yang dholim yang berdosa tidak memiliki daya upaya untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
Do’a Sholat Taubat 2

أللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Ya Allah, Engkaulah Tuhan kami, tiada Tuhan melainkan Engkau yang telah menciptakan aku, dan akulah hamba-Mu. Dan aku pun dalam ketentuan serta janji-Mu yg sedapat mungkin aku lakukan. Aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan yg telah aku lakukan, aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku, dan aku mengakui dosaku, karena itu berilah ampunan kepadaku, sebab tiada yg dapat memberi ampunan kecuali Engkau sendiri. Aku memohon perlindungan Engkau dari segala kejahatan yg telah aku lakukan.
Do’a Sholat Taubat 3

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْاَلُكَ تَوْ فِيْقَ اَهْلِ الْهُدَى وَاَعْمَالَ اَهْلِ التَّوْبَةِ وَعَزْمَ اَهْلِ الصَّبْرِ وَجِدَّ اَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ اَهْلِ الرَّ غْبَةِ وَتَعَبُّدَ اَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ اَهْلِ الْعِلْمِ حَتَّى اَخَافَكَ . اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْاَلُكَ مَخَا فَةً تَحْجُزُ نِى عَنْ مَعَاصِيْكَ حَتَّى اَعْمَلَ بِطَا عَتِكَ عَمَلاً اَسْتَحِقُّ بِهِ رِضَاكَ حَتَّى اُنَا صِحَكَ فِىالتَّوْ بَةِ خَوْ فًا مِنْكَ وَحَتَّى اَخْلِصَ لَكَ النَّصِيْحَةَ حُبًّا لَكَ وَحَتَّى اَتَوَ كَّلَ عَلَيْكَ فَ اْلاُمُوْرِ كُلِّهَاوَحُسْنَ ظَنٍّ بِكَ . سُبْحَانَ خَالِقِ نُوْرٍ

Artinya: Ya Alloh sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu Taufiq(pertolongan)nya orang-orang yang mendapatkan petunjuk(hidayah),dan perbuatannya orang-orang yang bertaubat, dan cita-cita orang-orang yang sabar, dan kesungguhan orang-orang yang takut, dan pencariannya orang-orang yang cinta, dan ibadahnya orang-orang yang menjauhkan diri dari dosa (wara’), dan ma’rifatnya orang-orang berilmu sehingga hamba takut kepada-Mu. Ya Alloh sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu rasa takut yang membentengi hamba dari durhaka kepada-Mu, sehingga hamba menunaikan keta’atan kepada-Mu yang berhak mendapatkan ridho-Mu sehingga hamba tulus kepada-Mu dalam bertaubat karena takut pada-Mu, dan sehingga hamba mengikhlaskan ketulusan untuk-Mu karena cinta kepada-Mu, dan sehingga hamba berserah diri kepada-Mu dalam semua urusan, dan hamba memohon baik sangka kepada-Mu. Maha suci Dzat Yang Menciptakan Cahaya.
Demikian penjelasan seputar sholat taubat, yang mulai dari penjabaran mengenai taubat dan tata cara praktis tentang sholat taubat itu sendiri. Semoga Allah memberikan kepada kita hidayah dan taufiq agar menjadi orang-orang yang senantiasa bertaubat, sehingga termasuk orang-orang yang disukai oleh Allah. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٲبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqoroh : 222)


Jumat, 10 Agustus 2018

Shalat Istikharah


Shalat Istikharah 

Shalat istikharah adalah salah satu sholat sunnah yang harus kita ketahui. Dimana sholat ini dilaksanakan jika kita tengah menghadapi suatu pilihan. shalat istikharah adalah salah satu upaya agar kita mampu memilih suatu pilihan dengan benar dan sesuatu yang terbaik di sisi Allah SWT.
Daftar Isi
·         Ketika Harus Memilih
·         Mengundi atau Menentukan Pilihan Secara Syar’i
·         Shalat Istikharah
·         Tata Cara Shalat Istikharah
o    Waktu Pelaksanaan
o    Niat
o    Jumlah Rakaat
o    Do’a
§  Do’a Istikharah 1
§  Do’a Istikharah 2
·         Hikmah Dibalik Salat Istikharah
o    1. Bukti Tawakal Kepada Allah
o    2. Syiar Menghilangkan Kebathilan
o    3. Mengikuti Tuntunan Syar’i
o    4. Melatih Diri untuk Senantiasa Mampu Membaca Tanda-tanda Keridhoan Allah Atas Berbagai Keputusan yang Kita Ambil.
·         Cara Mengetahui Jawaban dari Sholat Istikhoroh

Ketika Harus Memilih

Secara manusiawi kita senantiasa dihadapkan pada berbagai pilihan. Adakalanya ketika kita harus memilih pilihan-pilihan yang sifatnya mendesak dan penting atau pilihan-pilihan yang sifatnya sederhana, yang pasti berbagai pilihan itu senantiasa ada dan mengiringi perjalanan hidup kita.
Maka ada sebuah tuntunan dan tuntutan mana kala kita dihadapkan pada proses pemilihan tersebut. Allah telah menggambarkan sebuah pilihan umum didalam hidup manusia dengan penggambaran antara yang haq (kebenaran) dan bathil (kejahatan).
Pemilihan antara haq dan bathil ini adalah sebuah mekanisme abadi yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup manusia. Tidak terkecuali disemua hal, bahkan hingga hal-hal yang seringkali kita anggap remeh.
Karenanya Allah dan Rasul-Nya telah mensyariatkan sebuah tuntunan agar kita tidak salah dan keliru dalam mengambil keputusan. Terutama ketika kita menghadapi berbagai permasalahan yang penting dan mendesak.
Tuntunan cara memilih berdasarkan syar’i ini adalah sebagai wujud kasih sayang Allah atas sifat dasar manusia yang memiliki kelemahan. Dimana kelemahan tersebut adalah kecenderungan manusia untuk ragu dan tidak yakin atas pilihan yang telah ia putuskan.
Allah SWT berfirman,
 ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ‌ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. Al Baqoroh : 147)
Maka tuntunan ini memang sejatinya dibutuhkan oleh manusia sepanjang hidupnya, agar setiap keputusan yang ia ambil senantiasa istiqomah dalam kebenaran. Tuntunan tersebut adalah shalat istikharah sebagaimana yang telah di contohkan dalam sunnah Rasulullah SAW.
Banyak hal yang sering kali menjadi latar belakang dilaksanakannya shalat istikharah diantaranya seperti, memilih pekerjaan, memilih jenjang pendidikan, memutuskan suatu hal untuk kepentingan umat dan lain sebagainya. Salah satu yang paling lazim di gunakan sebagai motivasi mengamalkan sholat ini adalah ketika memilih jodoh.
Memilih jodoh adalah salah satu mekanisme kehidupan yang bersifat sangat krusial. Dimana jodoh bisa mengantarkan kita ke syurga atau bahkan menjerumuskan ke neraka, baik itu di dunia atau pun di akhirat. Karena begitu penting dan agungnya prosesi memilih jodoh ini, maka disyariatkanlah untuk melaksanakan shalat istikharah.

Mengundi atau Menentukan Pilihan Secara Syar’i

Sebagaimana seperti yang telah disinggung di penjelasan diatas, manusia senantiasa menghadapi berbagai pilihan dalam hidupnya. Berbagai cara pun dilakukan agar mereka bisa meyakinkan diri atas keputusan yang telah ia ambil.
Sebelum shalat istikharah hadir sebagai sebuah tuntunan syar’i bagi seorang muslim, banyak sekali cara-cara yang dilakukan untuk memutuskan sesuatu. Diantaranya ada yang menyesatkan dan mengada-ada. Jangankan bernilai ilmiah, beberapa cara dalam mengambil keputusan pun terbilang tidak masuk akal dan lebih ke takhayul belaka.
Salah satu contohnya sebagaimana di kisahkan dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan mendapatkan derajat yang tinggi orang yang berdukun atau mengundi dengan anak panah, atau pulang dari perjalanan dengan pesimis”.
Bahkan dalam kitab Al-Kabair karaya Syamsudin Adz-Dzahabi, mengundi dengan anak panah ini termasuk dalam salah satu dosa besar. Hal ini didasari dari ayat Al Qur’an,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. (QS Al-Maidah :90)
Maka dari penjelasan ini pun kita bisa mengambil kesimpulan, jika sebenarnya shalat istikharah pun adalah sebuah syiar untuk menghilangkan kebathilan. Shalat istikharah menjadi syariat yang mestinya menjadi solusi ketika kita menghadapi setiap permasalahan apapun.
shalat istikharah bisa menjadi satu solusi mana kala kita menyerahkan sepnuhnya keputusan tersebut kepada Allah. Karenanya shalat istikharah bisa juga menjadi bentuk nyata ketawakalan kita kepada Allah, mengikis kesombongan dan menyatakan diri ini lemah dan Allah lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Shalat Istikharah

Shalat istikharah adalah sholat yang berjumlah 2 rakaat yang disunnahkan berdasarkan praktek yang telah di
contohkan oleh Rasulullah SAW. Sholat ini dilaksanakan manakala menghadapi pilihan-pilihan yang mesti dengan segera diambil keputusan.
Sebagaimana ibadah-ibadah yang lain, shalat istikharah pun mesti didasari dalil yang jelas dan kuat. Karena itu sebelum lebih jauh kita mempelajari tentang sshalat istikharah beserta dengan tata caranya, maka ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu dalil yang menguatkan dilaksanakannya sholat sitikhoroh tersebut.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاِسْتِخَارَةَ فِى الأُمُورِ كُلِّهَا ، كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ « إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى – قَالَ – وَيُسَمِّى حَاجَتَهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa:
“Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.”
Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).
Tata Cara Shalat Istikharah
Sholat sunnah memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan sholat fardhu secara umum. Jika pada artikel sebelumnya kita mengetahui adanya sholat yang ditentukan batasan waktu dan sholat yang ditentukan karena hal yang melatar belakanginya.
Sebagaimana sholat hajat, shalat istikharah termasuk kedalam sholat yang dlaksanakan karena hal-hal yang melatar belakanginya. Dalam hal ini karena kita dihadapkan pada sejumlah pilihan yang sifatnya mendesak dan penting.
Sholat sunnah pun memliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan sholat fardhu, yaitu diperbolehkan untuk digabung dengan sholat sunnah yang lain. Seperti shalat istikharah dengan sholat rawatib atau tahiyatul mesjid.
Dengan demikian tidak menjadi masalah, ketika kita selesai melaksanakan sholat sunnah rawatib kemudian diakhiri dengan membaca doa shalat istikharah. Setidaknya demikian pendapat sebagian ulama, khususnya Imam An Nawawi yang mengatakan, “Teks hadis menunjukkan bahwa doa istikharah bisa dilakukan setelah melaksanakan shalat rawatib, tahiyatul masjid, atau shalat sunnah lainnya.” (Bughyatul Mutathawi’, Hal. 45)

Waktu Pelaksanaan

shalat istikharah tidak memiliki batasan tertentu untuk waktu pelaksanaannya. Meski demikian ada anjuran untuk melaksanakannya di waktu sepertiga malam. Bersamaan dengan pelaksanaan qiyamullail sholat tahajud.
Selain ada pengajuran waktu yang baik, ada juga pencegahan waktu sebaiknya tidak melaksanakan sholat. Waktu-waktu tersebut adalah waktu-waktu dimana dilarangnya sholat sunnah.

Niat

Jika di lafazkan, maka shalat istikharah adalah,
USSHOLLI SUNNATAN ISTIKHOROTI RAK’ATAINI LILLAHI TA’ALA
Saya berniat sholat sunnat istikhoroh dua rakaat karena Allah Ta’ala
Akan tetapi, sejatinya tempat niat itu adalah di hati. Menghadirkan niat di hati sebaiknya juga disertai dengan adanya rasa pengharapan dan menyerahkan atas segala urusan hanya kepada Allah semata.

Jumlah Rakaat

Dalam hadist dikatakan jika jumlah rakaat dalam shalat istikharah adalah 2 rakaat. Adapun 2 rakaat tersebut bisa berdiri sendiri dengan niat khusus sholat istokhoroh, atau niat yang digabung dengan niat yang lain seperti sholat sunnah rawatib.

Do’a

Do’a shalat istikharah ini dibaca seusai melaksanakan sholat 2 rakaat. Dengan demikian, sah dikatakan shalat istikharah jika telah melaksanakan sholat sunnah apa pun yang berjumlah 2 rakaat, kemudian membaca do’a shalat istikharah selepas salam.
Ada beberapa redaksi do’a shalat istikharah yang sumber utamanya tetap berasal dari hadist yang telah kita baca di penjelasan sebelumnya.
Do’a Istikharah 1
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى

“Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih”
Do’a Istikharah 2
sama dengan atas hanya ada beberapa kalimat yang berbeda, yaitu:
Kalimat [دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى] diganti dengan [عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ]. Sehingga, Teks lengkapnya:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى

Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii ‘aajili amrii wa aajilih, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih.
Hikmah Dibalik Salat Istikharah

1. Bukti Tawakal Kepada Allah

Melaksanakan shalat istikharah adalah sebagai salah satu bentuk ketawakalan kita kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan shalat istikharah kita menyerahkan segala urusan kepada Allah, menyerahkan keputusan berdasarkan penilaian terbaik menurutNya.
Meski bisa saja ternyata pilihan yang telah menjadi keputusannya tersebut tidak sesuai dengan harapan atau malah merugikan. Kita senantiasa berupaya memelihara husnuzhon kepada Allah, jika apapun yang kita alami adalah kehendakNya yang terbaik untuk kita.

2. Syiar Menghilangkan Kebathilan

Pada masa sebelum Islam tersebar, banyak cara memutuskan suatu perkara itu didasarkan pada praktek-praktek yang menyesatkan. Beberapa diantaranya seperti mendatangi dukun, mengundi nasib dan percaya mitos atau takhayul. Hal-hal semacam ini selain menyimpang dan tidak dibenarkan oleh Islam juga tidak masuk akal.
Maka tuntunan sholat istikhoroh adalah untuk mengikis habis berbagai cara-cara yang menyesatkan tersebut. Sehingga tersisa sebuah praktek pengambilan keputusan yang dipasrahkan kepada Allah berdasarkan sunnah.
3. Mengikuti Tuntunan Syar’i
Rasulullah SAW telah mencontohkan bagaimana cara mengambil keputusan dan memilih diantara beberapa pilihan dengan sholat istikhoroh. Karenanya, melaksanakan sholat istikhoroh adalah salah satu bentuk bukti ketaatan kita atas apa yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW.
Tentu saja, berbagai upaya yang kita lakukan untuk membuktikan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya akan dibalas dengan pahala. Maka melaksanakan sholat istikhoroh pun menjadi sebuah tabungan investasi pahala untuk meraih keridhoanNya dan meraih syurga-Nya.

4. Melatih Diri untuk Senantiasa Mampu Membaca Tanda-tanda Keridhoan Allah Atas Berbagai Keputusan yang Kita Ambil.

Pada akhirnya, Allah akan menuntun kita dengan keputusanNya yang terbaik. Akan tetapi adakalanya ketika kita kurang cerdas dalam memahami tanda-tanda-Nya seringkali kita malah bersikukuh dengan keputusan yang kita tentukan sebelumnya, padahal hal tersebut bukan hal yang diridhoi oleh Nya.
Untuk memahami hikmah yang satu ini, maka kita perlu berlatih terus menerus bagaimana tanda-tanda Allah meridhoi keputusan yang akan kita ambil tersebut. Hal yang harus pertama kali dilakukan adalah dengan membersihkan sebersih-bersihnya faktor-faktor lain yang akan merusak keikhlasan kita dalam melaksanakan sholat istikhoroh.
Contoh, ketika kita melakukan sholat istikhoroh ketika dihadapkan pada pilihan pekerjaan. Pekerjaan A gaji besar dan lingkungan nyaman, akan tetapi banyak potensi uang haram disana. Sementara pekerjaan B gaji kecil dan lingkungan tidak terlalu mendukung, akan tetapi kehalalannya terjamin.
Maka ketika melakukan sholat istikhoroh, sebaiknya kita melepaskan semua kecenderungan terhadap salah satu pihak. Sehingga ketika nanti Allah menjawab dengan pekerjaan B misalkan, akan tetapi karena dari awal kita sudah cenderung dengan pekerjaan A, maka kita menolak pekerjaan B yang telah Allah ridhoi.
Faktor penting untuk memahami bahwa tanda Allah meridhoi keputusan yang kita ambil adalah dengan mengukur seberapa besar mudhorot dan manfaat yang diberikan pada pilihan-pilihan tersebut. Semakin besar mudhorot dan semakin kecil manfaatnya, maka jelas pilihan ini tidak akan Allah ridhoi.
Khususnya untuk permasalahan jodoh, Rasulullah SAW telah memberikan indikator khusus atas pilihan yang nantinya akan di putuskan. Rasulullah SAW bersabda, Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka menangkanlah karena wanita yang memiliki agama, engkau akan beruntung.”

Cara Mengetahui Jawaban dari Sholat Istikhoroh

Kita telah mengetahui indikator bahwa keputusan yang kita ambil itu ada dalam ridho-Nya. Pertanyaan berikuitnya adalah bagaimana cara Allah menjawab do’a istikharah tersebut?
Ada banyak pendapat tentang bagaimana cara Allah menjawab do’a istikharah yang kita panjatkan. Ada yang melalui mimpi, halaman pada Al-Qur’an dan yang lain sebagainya. Yang pasti Allah akan menjawab setiap doa kita melalui jawaban yang terbaik dariNya.
Karena itu jangan menutup berbagai kemungkinan atas jawaban Allah. Meski lazimnya banyak yang berpendapat jika jawaban Allah itu dijawab melalui mimpi, akan tetapi kita jangan serta merta menutup pintu kemungkinan lain atau berputus asa saat kita tidak kunjung bermimpi.
Terkait soal mimpi, Rasulullah SAW bersabda, “Mimpi ada 3 macam: dari Allah, dari setan, dan bisikan hati.” Oleh karena itu, kebenaran dari mimpi pun hanya memiliki kemungkinan sebesar 1/3 saja, sedangkan 1/3 lagi kemungkinan dari syetan. Mengetahui hal ini, maka kita harus berhati-hati setiap kali menyikap mimpi yang mendatangi tidur kita.
Akan tetapi, tuntunan yang paling banyak ulama berpendapat adalah dengan melaksanakan apa yang telah menjadi kehendak hatinya. Dengan berhusnuzhon bahwa Allah yang akan memberikan berbagai kebaikan melalui keputusannya tersebut.
Imam Nawawi berkata,” “Jika seseorang melakukan istikharah, maka lanjutkanlah apa yang menjadi keinginan hatinya.”
Demikian penjelasan lengkap tentang sholat istikhoroh ini. Semoga kita bisa mengamalkan berbagai sunnah seperti yang telah Rasulullah SAW contohkan, contohnya seperti sholat istikhoroh ini. Sehingga kita senantiasa ada didalam perlindungan dan petunjuk Allah SWT.