ni adalah goresan pena dari seorang lelaki biasa yang mendambakan wanita sholehah sepertimu,
wahai calon makmumku.
Semoga engkau membaca surat dariku ini..
Ya, aku sadar. Aku hanyalah manusia biasa. Bukanlah pula orang yang semulia Abu Bakar Ash-Shidiq. Setaqwa Umar bin Khatab, ataupun setabah Ustman bin Affan dan sekaya Abdurrahman bin ‘Auf. Setegar Zaid, juga tak segagah Ali bin Abu Thalib, apalagi setampan Usamah. Aku hanyalah seorang lelaki akhir zaman yang masih punya cita dan cinta. Dan aku juga menyadari, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Dan engkau pun menyadari hal itu pula bukan?
Wahai calon makmumku,
Ingatkah engkau tentang kisah “Cinta Dalam Diam”-nya Fatimah dan Ali?? yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan? Nah, saat ini pula aku pun merasakan dan kuyakini dalam hati cinta diamku seperti itu tersimpan. Bagiku ini adalah kekuatan harapan, kekuatan keikhlasan. Hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cinta ini pun dapat berbicara padamu nanti dalam kehidupan nyata. Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap pada-Nya??
Jika benar cinta ini karena Allah, maka kubiarkan ia mengalir mengikuti aliran-Nya karena hakikatnya ia berhulu dari Allah maka ia pun berhilir hanya kepadaNya..
”Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah .” (QS. Adz Dzariyat : 49)
Duhai, Dirimu yang masih dalam kesendirian,
Walau ku tak tau namamu, jika kita dipertemukan nanti. Aku tak berharap banyak darimu. Wajah, fisik, status atau harta tidaklah penting bagiku. Yang terpenting adalah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Allah Robbana. Apalagi sekaya Khadijah, hanya berharap engkau wanita akhir zaman yang punya cita-cita mengikuti jejak mereka dan mempunyai visi yang sama denganku membangun keturunan yang sholeh dan sholehah, membangun peradaban, dan membuat Rasulullah SAW bangga di akhirat sana. Itu saja.
Siapapun engkau, di manapun berada. Semoga Allah menjagamu, hingga tiba waktunya perjuangan panjangmu tak lagi sendiri. Maka, mulai saat ini mari kita sama-sama siapkan ilmu dan bekal lainnya, tetaplah dalam ketaatan, teguhkanlah hati dengan cinta semata-mata karena Ridho-Nya. Aku disini dan engkau disana. Jangan bersedih hati, bulatkan azzammu tetap Istiqomah di jalanNya. Tegakkan bahumu, kukuhkanlah kembali semangatmu. Semoga esok hari nanti, engkau tak lagi ragu untuk meyambutku didepan ayahmu.
Duhai, Engkau Calon Makmumku,
Jika namamu dan namaku yang tertulis di Lauhul Mahfuz-Nya. Yakinilah, niscaya rasa cinta itu akan Allah tanamkan dalam hati kita.
Ketahuilah, saat ini tugas pertamaku bukan mencari dirimu tetapi mensholehkan diriku. Sukar untuk mencari sholehah dirimu, andai sholehku tidak setanding dengan kesholehahan mu. Janji Allah pasti ku pegang dalam misi mencari diri ‘Wanita yang baik untuk Lelaki yang baik”